Sabtu, 24 Juli 2010

Obrolan selepas Isya.


Suara adzan sayup-sayup terdengar dari kejauhan. Tepat di samping sebuah pintu masuk kos-kosan yang tak kelihatan besar. Aku melihat seorang laki-laki paruh baya terduduk sendiri ditemani dengan secangkir kopi dan sebatang rokok di tangannya. Dia terlihat murung. Pandangan matanya kosong dan tak bersemangat. "Ada apa gerangan" hatiku berbisik. "Apa ada sesuatu hal yang membuatnya bersedih?" tanyaku dalam hati.
"Rud..." tanyaku. Ternyata dia Rudian Raharja teman satu kntrakanku di salah satu kontrakan yang ada di kota ini. Dia juga adalah seorang karyawan di salah satu perusahaan manufacturing terbesar di kota ini. Dia terperanjat kaget mendengar sapaanku. "Iya..." dia bilang "Ada apa" lanjutnya. "Nggak..." jawabku. "Kok tumben ngopi plus ngrokok ndiri? Nggak ngajak-ngajak nih? " hiburku. Dia hanya tersenyum mendengar perkataanku. "Ada apa to? Kok kelihatan murung? Ada masalah?" tanyaku. "Nggak ada masalah apa-apa wan" "Hanya masalah kecil saja" jawabnya. "Nggak papa cerita aja... Siapa tau aku bisa ngebantu mu Rud... Yah minimal jadi tempat keluh kesahmu lah... hehehe...." hiburku.
Setelah menghabiskan beberapa detik tuk berbasa-basi akhirnya dia mau menceritakan apa penyebab dia murung seperti ini. "Begini..." dia mengawali ceritanya. "Hari ini jumat tanggal 9 juli 2010. sebelum sholat jumat saya bersama dua temanku mengadakan acara makan dalam rangka syukuran pengangkatan kami menjadi karyawan tetap atau kartap di perusahaan tempat kami bekerja" lanjutnya "Wah selamat ya Rud... tunggu jatah nih.." selaku. "trus..." pintaku menyuruh dia melanjutkan ceritanya. "arusnya dua tahun waktu tempuh baru kami diangkat, tapi entah kenapa syarat diangkat menjadi kartap yang tadinya dua tahun masa kerja berubah menjadi diatas 1 tahun masa kerja" terangnya. "Kok bisa Rud?" tanyaku penuh keheranan. "Issue yang beredar sih katanya ini merupakan trik dari "ha er de" atau manajemen agar karyawan tidak banyak yang resign. Terlepas benar atau salah tapi pada kenyataannya memang di perusahaan tempat kami bekerja banyak sekali karyawan yang mengundurkan diri" terangnya. "O...gitu?? Terus" pintaku dengan mengernyitkan dahi. "Beragam alasan menyertai kepindahan mereka dari yang keterima ditempat lain yang katanya lebih baik dalam hal salary mungkin, sampai ada yang pindah karena ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Tapi ada satu alasan yang membuat saya agar berfikir lain dan mungkin dihati kecil saya pun menyetujuinya. Alasan ini dikemukakan oleh temenku sendiri, dia mempunyai alasan kenapa dia mengundurkan diri bukan karena masalah salary tapi karena waktu yang dia rasakan kurang untuk dirinya dan khususnya keluarga. Dia memang sudah berkeluarga dan mempunyai seorang anak berumur kurang lebih 1,5 tahun. Tapi yah itulah kehidupan. setiap pilihan pasti ada resiko yang harus ditanggung sepahit apapun itu". "Aku ngerti Rud apa penyebab keurunganmu" ujarku. "Iya... trimakasih ya wan dah mau dengerin unek-unek ku" ungkapnya. "Iya sama-sama Rud... Nyantai aja lagi... Aku juga seneng bisa jadi tempat curhatmu" jawabku. Akhirnya setelah ngobrol kesana kemari dengan Rudian aku pamit padanya untuk kembali ke kamarku.
Setelah sampai di kamar aku kepikiran tentang apa yang di ceritakan oleh Rudian tadi. Ternyata gaji besar tidak jadi jaminan seseorang bisa bahagia. Teman-teman Rudian satu perusahaanlah salah satu contoh dari orang-orang tersebut. Mereka merasa tak bahagia walaupun gaji mereka kecil. Ternyata waktu juga berpengaruh. Waktu untuk berkumpul dengan keluarga, teman, dan lain sebagainya. Tapi yah itu lah hidup. Untuk mendapatkan apa yang kita ingin kan memang harus dengan kerja keras. Usaha dan doa itu kuncinya. Dan setiap pilihan pasti ada resiko yang harus di hadapinya.

Sumber gambar: rivelinoismaya.wordpress.com

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar